A. PENGERTIAN
DAN PROSES PRODUKSI
Gambar
2.6. Proses Production.
1. Pengertian
Proses Produksi
Proses
diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya
sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk
memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau
menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995).
Proses
juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu
dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan menambah
kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002) proses produksi
adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan
jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Melihat
kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi
merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau
jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin,
bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
2. Jenis-Jenis
Proses Produksi :
Jenis-jenis
proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi. Proses
produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi, proses perubahan
bentuk, proses assembling, proses transportasi dan proses penciptaan jasa-jasa
adminstrasi (Ahyari, 2002). Proses produksi dilihat dari arus atau flow bahan
mentah sampai menjadi produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu proses produksi
terus-menerus (Continous processes) dan proses produksi terputus-putus
(Intermettent processes).
Perusahaan
menggunakan proses produksi terus-menerus apabila di dalam perusahaan terdapat
urutan-urutan yang pasti sejak dari bahan mentah sampai proses produksi akhir.
Proses produksi terputus-putus apabila tidak terdapat urutan atau pola yang
pasti dari bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir atau urutan selalu
berubah (Ahyari, 2002).
Penentuan
tipe produksi didasarkan pada faktor-faktor seperti: (1) volume atau jumlah
produk yang akan dihasilkan, (2) kualitas produk yang diisyaratkan, (3)
peralatan yang tersedia untuk melaksanakan proses. Berdasarkan pertimbangan
cermat mengenai faktor-faktor tersebut ditetapkan tipe proses produksi yang
paling cocok untuk setiap situasi produksi. Macam tipe proses produksi dari
berbagai industri dapat dibedakan sebagai berikut (Yamit, 2002):
Proses produksi terus-menerus
Proses
produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran produk
dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik dalam
proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki
karakteristik yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau jenis
produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar.
Proses produksi terputus-putus
Produk
diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-menerus dalam
proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat
sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses,
sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang dalam proses.
Proses produksi campuran
Proses
produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terus-menerus dan
terputus-putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan bahwa setiap
perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara penuh.
Pengertian Fungsi dan Jenis-Jenis
Persediaan.
Pengendalian
persedian merupakan fungsi manajerial yang sangat penting karena persediaan
fisik banyak melibatkan investasi rupiah terbesar. Menurut Handoko (2000), bila
perusahaan menamankan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan
biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “Opportunity Cost”
(dana dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih menguntungkan”. Sebaliknya,
bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang cukup dapat mengakibatkan
biaya-biaya karena kekurangan bahan.
Istilah
persediaan (Inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu
atau sumberdaya-sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan
permintaan. Permintaan akan sumberdaya internal ataupun eksternal ini meliputi
persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir,
bahan-bahan pembantu atau pelengkap dan komponen-komponen lain yang menjadi
bagian keluaran produk perusahaan.
Fungsi-fungsi
persediaan antara lain (Handoko, 2002) :
Fungsi Decoupling
Fungsi
persediaan ini operasi-operasi perusahaan secara internal dan ekstrenal sehingga
perusahaan dapat memenuhi permintaan langanan tanpa tergantung pada supplier.
Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak
pasti dari langganan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut Fluctuation
Stock.
Fungsi Economis Lot Sizing
Persediaan
berfungsi untuk mengurangi biaya-biaya per unit saat produksi dan membeli
sumberdaya-sumberdaya. Persediaan ini perlu mempertimbangkan
penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan lebih murah dan
sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih
besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan
(biaya sewa gudang, investasi, resiko kerusakan).
Fungsi Antisipasi
Persediaan
berfungsi sebagai pengaman bagi perusahaan yang sering menghadapi
ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang.
Persediaan ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.
Persediaan
ada berbagai jenis. Setiap jenisnya mempunyai karakteristik khusus dan cara
pengelolaannya juga berbeda. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas
(Handoko, 2002):
Persediaan
bahan mentah (raw materialis), yaitu persediaan barang-barang berwujud mentah.
Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para
Supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses
produksi selanjutnya.
Persediaan
komponen-komponen rakitan (purchased paris), yaitu persediaan barang-barang
yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana
secara langsung dapat dirakit menjadi produk.
Persediaan
barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang
merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah
diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi
barang jadi.
Persediaan
bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang
diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen
barang jadi.
Persedian
barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai
diproses atau diolah dalam bentuk produk dan siap untuk dijual atau dikirim
kepada pelanggan.
Peranan Persediaan
Pada
dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan
yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang
serta menyampaikan kepada pelanggan. Persediaan bagi perusahaan, antara lain
berguna untuk:
·
Menghilangkan
resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan
perusahaan.
·
Menumpuk
bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan
itu tidak ada dalam pasaran.
·
Mempertahankan
stabilitas atau kelancaran operasi perusahaan.
·
Mencapai
penggunaan mesin yang optimal.
·
Memberikan
pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya.
·
Membuat
produksi tidak perlu sesuai dengan pengunaan atau penjualannya.
Persediaan
sangat penting artinya bagi suatu perusahaan karena berfungsi menggabungkan
antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya
kepada konsumen. Adanya persediaan, dapat memungkinan bagi perusahaan untuk
melaksanakan operasi produksi, karena faktor waktu antara operasi itu dapat
dihilangkan sama sekali atau dimininumkan (Assauri, 1999).
Arti Penting Persediaan Produk Jadi
Setiap
perusahaan mempunyai kebijaksanaan yang berbeda-beda dalam menentukan tingkat
persediaan produk jadi. Tujuan adanya persediaan produk jadi adalah untuk
meredam fluktuasi permintaan. Persediaan dapat difungsikan untuk memenuhi
kekurangan pasokan produk jadi di pasaran sebagai akibat permintaan yang
disimpan perusahaan. Oleh karena itu tingkat persediaan produk jadi yang
ditetapkan manajemen perusahaan memegang peran yang sangat penting dalam
menjaga kestabilan pemasokan produk ke pelanggan (Kusuma, 1999).
Fluktuasi
permintaan dapat dipenuhi dengan persediaan barang yang diproduksi pada saat
sepi, dan persediaan tersebut digunakan pada saat permintaan ramai. Biaya
persediaan mencakup asuransi, beban bunga, kerusakan, serta pajak. Akumulai
persediaan dan produksi yang tidak memenuhi permintaan, akan menyebabkan biaya
sebagai akibat pembatalan pesanan dan ketidakpuasan pelanggan (Kusuma, 1999).
Tingkat Produksi Optimal
Tingkat
produksi optimal atau Economic Production Quantity (EPQ) adalah sejumlah
produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan
(Yamit, 2002). Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya persiapan (set
up cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya
minimun. Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biaya
persediaan atau total inventori cost (TIC) minimum.
Metode
EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi.
Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh
terhadap biaya persiapan. Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
Barang
yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat
permintaan.
Selama produksi
dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi
dikurangi tingkat permintaan.
Selama
berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan
selama pemenuhan.
Penentuan Volume
Produksi yang Optimal dengan Metode
Economic Production Quantity (EPQ)
Persediaan
produk dalam suatu perusahaan berkaitan dengan volume produksi dan besarnya
permintaan pasar. Perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk menentukan volume
produksi dengan disesuaikan besarnya permintaan pasar agar jumlah persediaan
pada tingkat biaya minimal. Menurut Yamit (2002), permasalahan itu dapat
diselesaikan dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ).
Metode EPQ dimaksudkan untuk menentukan besarnya volume produksi yang optimal,
dalam artian cukup untuk memenuhi kebutuhan dengan biaya yang
serendah-rendahnya.
Menurut
Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya
variabel saja. Biaya variabel dalam persediaan pada prinsipnya dapat
digolongkan sebagai berikut:
·
Biaya-biaya
yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang
disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
·
Biaya-biaya
yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut
biaya penyimpanan (holding cost).
Menurut
Handoko (2002), biaya persiapan produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan
sebelum produksi berlangsung. Biaya ini timbul karena perusahaan memproduksi
sendiri bahan baku yang akan digunakan. Biaya ini terdiri dari : (1) biaya
mesin-mesin menganggur, (2) biaya persiapan tenaga kerja langsung, (3) biaya
scheduling, (4) biaya ekspedisi dan sebagainya.
Biaya
penyimpanan terdiri atas biaya yang-biaya yang bervariasi secara langsung
dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar
apabila rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya yang termasuk sebagai biaya
penyimpanan diantaranya :
·
Biaya
fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
·
Biaya modal
(opportunity cost of capital)
·
Biaya
keusangan
·
Biaya
perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
·
Biaya
asuransi persediaan
·
Biaya pajak
persediaan
·
Biaya
pencurian, pengrusakan atau perampokan
·
Biaya
penanganan persediaan, dan sebagainya.
Kedua
jenis biaya tersebut mempunyai hubungan dengan tingkat persediaan. Biaya
persiapan produksi berbanding terbalik dengan tingkat persediaan. Biaya
penyimpanan berbanding lurus dengan tingkat persediaan (Siagian, 1997). Semakin
banyak biaya yang dikeluarkan untuk persiapan produksi, tingkat persediaan
semakin kecil dan sebaliknya. Bila biaya penyimpanan semakin besar, tingkat
persediaan semakin besar atau sebaliknya.
B. Post
Production
Gambar 2.7. Proses Post-Production.
Pengertian
Post-Production
Adalah
proses penyelesain akhir (finishing) dari sebuah rangkaian produksi (shoting)
yang
meliputi mengeditan gambar, penambahan title, grafik, animasi & special effects, musik, sound
effects, audio dubing, & output ke media video seperti: Betacam, DVCAM, MiniDV, & CD/DVD.
Video Standart : PAL,D1/DV
Frame Size : 720 X 576 (pixel)
Frame Rate : 25 fps
Pixel Aspect Ratio : D1/DV,PAL (4:3/1,067)
Audio : 48 kHz 16 Bit Stereo
Pembagian tahap Post Production
1. Offline :
- Capture
- Edit
2. Online :
- Compositing
- Motion Graphic
- Visual Effects
- Color Grading
- Music & Sound FX
- Titling
- 3D
meliputi mengeditan gambar, penambahan title, grafik, animasi & special effects, musik, sound
effects, audio dubing, & output ke media video seperti: Betacam, DVCAM, MiniDV, & CD/DVD.
Video Standart : PAL,D1/DV
Frame Size : 720 X 576 (pixel)
Frame Rate : 25 fps
Pixel Aspect Ratio : D1/DV,PAL (4:3/1,067)
Audio : 48 kHz 16 Bit Stereo
Pembagian tahap Post Production
1. Offline :
- Capture
- Edit
2. Online :
- Compositing
- Motion Graphic
- Visual Effects
- Color Grading
- Music & Sound FX
- Titling
- 3D
1 komentar:
Proses Produksi Produk Multimedia ~ Multimedia Center >>>>> Download Now
>>>>> Download Full
Proses Produksi Produk Multimedia ~ Multimedia Center >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Proses Produksi Produk Multimedia ~ Multimedia Center >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK 53
Post a Comment